That awkward moment...



Selepas mengkhatamkan episode The Reichenbach Fall dari Sherlock Holmes Versi BBC, hidup saya pun menjadi tak lebih dari lingkaran bangun-makan-ee'-mandi-kerja-pulang-bobo yang membosankan. Sherlock, if it would not be too much trouble, I do need my life back.


Mastermind di balik seluruh kejahatan ini adalah Noven Hendranto, teman sekantor saya. Waktu itu kami lagi seneng ngebahas Sherlock Holmes-John Watson versi Guy Ritchie, yang diperankan duo Robert Downey Jr., dan Jude Law. Saya sendiri cukup puas dengan penggambaran keduanya. RDJ yang nyentrik dan jago berantem menurut saya pas dengan karakter Sherlock. Jude Law, meskipun agak terlalu ganteng, lumayan lah sebagai Watson.


"Tapi tunggu sampai kamu nonton yang versi BBC," kata Noven penuh umpan bagaikan mas-mas pedagang Lejel Home Shopping, dan saya, si Hawa yang tergoda, merelakan ia mengkopi season 1 dan 2 ke hard disk komputer kantor.


Dari sanalah semua berawal.


Saya tidak langsung menonton serial itu meski promo dari Noven sangatlah menakjubkan: Sherlock Holmes modern di London yang juga modern. Soalnya, membayangkan Sherlock punya blog, ngetik pakai MacbookPro, ke mana-mana naik taksi, punya ponsel, bisa sms-an dan telpon, bikin saya agak ilfil. Ih! Masa Sherlock kayak gitu? Sherlock Holmes ya Sherlock Holmes, detektif tahun 1800-an yang taksinya berupa kereta kuda dan merokok pipa.


Noven nggak tahu sih, Sherlock Holmes itu pahlawan masa kecil saya. Dari kelas 3 SMP, saya sudah baca novel-novel tentang dia, terbitan Gramedia Pustaka Utama. Saya tekun menabung selembar demi selembar uang jajan untuk bisa mengumpulkan semua bukunya. Saya sampul sendiri setiap buku yang berhasil saya beli. Dan nggak lupa menuliskan nama saya sebagai pemilik buku itu. Andina Dwifatma. Alamat: Baker Street no. 221B. Yeah, norak, I know.




Kejayaan masa kecil.

Saking sukanya sama Sherlock, saya bahkan menulis semacam fanstory gitu yang isinya petualangan Holmes, Watson, dan saya sendiri. Bertiga memecahkan kasus. Terus saya juga nulis kisah detektif yang tokohnya dua bersaudara, tapi enggak pernah selesai. Ternyata untuk genre cerita detektif, saya lebih cocok jadi penikmat, hehe. Saya juga mulai membaca Hercule Poirot dan Miss Maple-nya Agatha Christie, tapi layaknya cinta pertama, Holmes lah yang melekat di hati.

Jadi bisa dimengerti dong, kenapa saya kaget bukan kepalang menyaksikan Sherlock Holmes versi BBC yang diperankan aktor Benedict Cumberbatch. Bukan apa-apa, tapi dalam pandangan pertama, Benedict lebih mirip Rangga AADC daripada tokoh detektif pujaan saya.


Cinta, kamukah itu?


Udah bisa baca pikiran anak-anak gaul?

Holmes dalam deskripsi Doyle itu tinggi, kurus, jari-jarinya panjang, punggungnya sedikit membungkuk, selalu berpakaian necis. Dia juga petinju amatir yang menguasai sedikit baritsu, teknik bela diri asal Jepang. Benedict memang tinggi, kurus, dan rapih, tapi entah kenapa saya nggak bisa membayangkan dia bertinju atau berbaritsu. Tidak! Kembalikan Sherlock-ku tercinta!

Tapi okelah. Benedict pantas diberi kesempatan. Dan makin ke sini ternyata dia makin piawai memainkan Sherlock yang saya kagumi. Penggambaran dia persis sekali dengan kepribadian Holmes versi Doyle. Mungkin dari segi fisik nggak terlalu pas, tapi Ben sukses sekali memindahkan detil-detil kecil dari pena Doyle ke layar kaca.

Dari mulai gaya berpikir Holmes (mengatupkan jari-jarinya di depan wajah), bajunya yang selalu rapi, perilakunya yang bak seniman (dia bisa ketawa penuh kepuasan ketika ada orang terbunuh hanya karena kasusnya sangat menarik), kecenderungan untuk pamer kemampuan deduksinya, kebiasaan nembakin tembok kalau bosan, dan seterusnya dan seterusnya.

Steven Moffat dan Mark Gatiss juga sangat sukses dalam mengkontekstualisasikan petualangan Holmes di London modern. Pemakaian gadget yang tadinya saya kira bakal nggak-Sherlock-banget ternyata tidak terlalu mengganggu. Yang mungkin agak baru adalah bumbu drama, dalam arti hubungan Sherlock dengan orang-orang terdekatnya: Watson, Mycroft, dan Mrs. Hudson.

Martin Freeman seolah lahir untuk memerankan tokoh Watson. Sangat PAS. Tinggi badannya, wajahnya, gayanya, kasih sayang dan kekagumannya ke Holmes, semua pas. Hanya saja, di serial ini Watson sering di-bully Sherlock, sesuatu yang nggak ada di buku Doyle. Watson juga sering panik karena dikira pacar Holmes. Iyalah, di tahun 1800-an mungkin wajar kalau kamu dan sahabat cowokmu lari-larian keliling kota membasmi kejahatan, tapi zaman sekarang kamu pasti akan dikira pasangan.





Bwahahahaha!

Hubungan Mycroft dengan Sherlock yang nggak hangat juga nggak ada di buku. Dan Mrs. Hudson aslinya memanggil Sherlock dengan sebutan 'Sir', sementara di serial dia bertindak bagaikan ibu Sherlock, sering memarahi dengan penuh sayang kalau meja Sherlock berantakan, juga menyediakan makanan. Ada juga tokoh Molly di bagian forensik rumah sakit St Bart's yang naksir Sherlock.

Saya jadi nggak heran jika para penggemar Holmes menobatkan Benedict sebagai Sherlock paling oke setelah Jeremy Brett. Dibandingkan dengan RDJ, jelas Ben lebih bisa menerjemahkan Holmes sesuai versi orisinil Doyle. Dan breakthrough Holmes di era modern adalah sebuah adaptasi yang cerdas. Satu-satunya yang salah dengan serial ini adalah season 3 nya baru bakal tayang Januari 2013.

Artinya, saya bakal bangun-makan-ee'-mandi-kerja-pulang-bobo selama setahun ke depan. Damn you BBC.

8 comments

  1. Duh, udah mah bisa bisa nawarin tontonan yang bagus malah diumpatin :) Sementara itu tonton yang lain dulu seperti Bing Bang Theory! Dijamin ketawa.

    Anon1

    ReplyDelete
  2. @Anon1 Namanya juga cinta pertama, hehehe. Btw, ini kok ada kata-kata di blogpost saya yang jadi ke-link ke survei berbayar gitu sih? Gimana cara ngilanginnya ya? :(

    ReplyDelete
  3. Dimana sih, gua gak ngeliat, ditulisanmu juga di comment gak ada tuh.

    ReplyDelete
  4. Iya, ternyata komputer kantor gue yang eror :D

    ReplyDelete
  5. Tukeran dong filmnya, gw minta Serlocknya, ntar gw copyin Big Bang Theory.

    Anon1

    ReplyDelete
  6. Hahaha via apa yah? lol

    ReplyDelete
  7. Always a pleasure to meet a fan of Sherlock Holmes.

    Have you tried the Russian adaptation with Vasily Livanov as Sherlock Holmes. Livanov makes a great Holmes. Check out my tribute to Livanov.

    Cheers!

    ReplyDelete