Surat Kepada Pacar

PERINGATAN PENULIS: Postingan berikut tidak dianjurkan untuk mereka yang single-not-by-choice.

Pacar yang baik,

Lebih kurang setahun lalu, aku menulis surat untuk dirimu --meski tentu saja saat itu aku belum tahu bahwa engkaulah yang akan menerima surat itu. Surat itu kukirim tanpa alamat, tanpa tujuan. Kau tentu paham, saat itu aku sedang berada dalam titik terendah dalam kehidupan percintaan, jadi kutulis surat itu sekadar untuk menghibur diri sendiri. Sekadar untuk mengingat bahwa aku masih bisa berharap.


Jadi, aku tidak pernah mengira surat itu akan sampai dengan akurasi yang cermat, bagaikan alat tes kehamilan yang 99,99% tepat. Engkau hadir dalam hidupku, menerjemahkan segala keinginanku dari yang paling remeh hingga yang paling berat. Sampai kini aku tidak berhenti takjub, bahwa Ia Yang Maha Hebat mengabulkan permohonanku--yang sebenarnya bahkan lebih mirip penggambaran protagonis cerita, daripada doa.

Kau bercerita kepadaku, dalam suatu masa kehidupanmu, engkau hampir yakin tidak banyak orang yang bisa jatuh cinta kepadamu. Karena kau bicara dalam bahasa yang lain, kau berpikir dengan cara yang lain, kau merasa dengan cara yang lain, maka orang bilang kau "aneh". Kau memagari dirimu dalam sebuah kandang, mengamati orang-orang yang hidup dengan aneka kebiasaan, semakin merasa kau berbeda. Tak dimengerti. Maka, suka atau tidak, kau harus menerima apa saja yang ada.

Tapi itu karena kau belum bertemu denganku, Pacar.

Sejak awal aku yakin bisa memahami dirimu lebih baik dari siapa pun. Dan aku sudah membuktikannya, bukan? Meski di masa-masa awal hubungan kita, aku begitu sering meragukan dirimu, namun sekarang segala yang buruk telah sirna. Engkau datang menjawab segala pertanyaan, mengabulkan segala permohonan, menuruti segala keinginan. Jika Mario Teguh melihatmu, dia tentu akan memanggilmu "kekasih super".


Hei, Kamu. Zalam zuper!

Denganmu aku bisa bicara tentang apa saja. Dan kamu begitu penyabar. Kau memaafkan segala kesalahan, dan mampu berdamai dengan segala kenakalan yang pernah kulakukan. Kepadamu kubuka diriku seperti sebuah buku, tanpa takut kau akan berhenti membaca di tengah jalan, atau melemparkanku ke bagian paling bawah rak buku dengan jeritan kesal. Setelah segala badai yang kualami, engkau adalah gua sejuk tempat berteduh.

Maka itu, Wahai Pacar, aku tidak paham jika ada yang bilang kau sulit dicintai. Sebaliknya: engkau adalah pria paling manis di dunia ini. Mencintaimu begitu mudah. Ngomong-ngomong soal mudah, tahukah kau apa hal termudah di dunia ini? Berhenti merokok. Kata Mark Twain, "Berhenti merokok sangatlah mudah. Saya tahu karena saya sudah melakukannya ribuan kali." Cerdas sekali.

Pacar yang baik,

Tetaplah di sampingku. Aku sudah selesai dengan semua petualanganku dan sekarang aku tidak butuh apa-apa lagi selain dirimu. Kita akan membuka hari dengan secangkir kopi untukku dan segelas teh manis untukmu, dan menutupnya dengan perbincangan seru. Akan kujaga kau dengan baik sampai dunia ini habis kita serap sari patinya, dan kemudian kita siap melebur bersama cahaya.

Dengan cinta,

Andina.

2 comments