O, Lenka!


"Novel LENKA ini, ditulis bersama oleh peserta Bengkel Penulisan Novel DKJ 2008-09, dimulai dari satu SITUASI: “Pada sebuah acara penggalangan dana, seorang perempuan muda bergaun biru wisnu jatuh dari lantai lima. Namanya Magdalena, biasa dipanggil Lenka mengikuti kebiasaan orang Eropa Timur (neneknya orang Magyar, Hungaria), 22 tahun, mahasiswa dan model. Bunuh diri, kecelakaan, atau sengaja didorong oleh seseorang?" - A.S. Laksana , via Facebook.

Jadi ide novel ini memang muncul saat bunuh diri dengan metode lompat sedang menjadi tren.

Dimulai dari Reno Fadillan Hakim (25) yang melompat dari lantai lima Senayan City pada awal bulan Desember 2009. Entah karena memang tuntutan hidup yang semakin tinggi, patah hati tak tertahankan, atau racun serangga sudah terlalu mahal, aksi lompat Reno kemudian diikuti banyak orang. Di hari yang sama, seorang perempuan bernama Ice lompat dari lantai lima West Mall Grand Indonesia. Lalu ada juga Richard Kurniawan (37) yang lompat dari lantai tujuh Mangga Dua Square.

Nah, guru kami Yusi Pareanom lalu menantang murid-muridnya untuk membuat suatu rangkaian cerita yang bermula dari sebuah kejadian: ada seorang  gadis melompat dari lantai lima. Apa saja kemungkinannya? Bunuh diri? Didorong orang? Tergelincir? Siapa saja yang terlibat? Orang dekat? Musuh? Orang asing?

Saya dan kawan-kawan alumni kelas Bengkel Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta (selanjutnya akan disebut 'para montir') pun saling adu jurus. Ide awalnya adalah membuat semacam cerita berkait, yakni memandang satu peristiwa dari banyak sisi. Dari situ akan lahir berbagai macam cerita, serupa fragmen.

Para montir bertempur dengan tekun--agak terlalu tekun, sebenarnya, sampai muncul semacam kegilaan di milis yang membuat rambut para guru ditumbuhi uban lebih banyak dari yang seharusnya. Surat berbalas surat, di mana pujian, cacian, bantaian, dan saling adu-jurus memenuhi kotak masuk grup.

Akhirnya, gagasan-gagasan berupa plot liar itu dirangkai menjadi sebuah kesatuan. Plot disusun, nama tokoh diciptakan, dan penulisan bab dibagikan. Waktu itu niatnya hanyalah membuat semacam kerja kreatif bersama. Tujuh belas orang menulis bab yang berbeda-beda, baik solo maupun tandem, dan hasilnya adalah novel seperti tampak di atas. Kami ingin menjajal, dan berharap dapat membuktikan, bahwa novel kolaborasi adalah sesuatu yang menyenangkan dikerjakan--meski kerepotannya pun tak kalah menakjubkan.

Yang disebut "kerepotan" adalah menjaga konsistensi karakter, sebab satu karakter bisa digarap oleh penulis yang berbeda-beda dalam bab yang berbeda pula. Juga menjaga plot agar tidak lari ke mana-mana. Soalnya, para montir punya kecenderungan untuk menganiaya alur cerita, sehingga para guru yang budiman (semoga Tuhan memberkati mereka) selamanya harus "menjewer" kami agar plot kembali ke jalan yang benar. Mungkin gara-gara ini pula kami diberi nama Serikat Kuping Hitam--keseringan dijewer.

Saya tidak akan membuat postingan kecil ini menjadi semacam resensi. Pokoknya, buat teman-teman yang merindukan novel bergizi dan bermutu tinggi, lagipula menginspirasi dan mempertebal iman (terhadap apa, terserah), novel ini sungguh layak dibaca.

Mulai minggu depan, Lenka dapat dijumpai di toko-toko buku terdekat di kota Anda. Dan bagi para pembaca sekalian yang tinggal di daerah Jabodetabek, dapat berkunjung ke Stand Arruz Media Ruang Cempaka bagian P, Istora Senayan, mulai Sabtu (9/7), untuk mendapatkannya.

7 comments

  1. Asik, keluar lagi bukunya. Ditunggu buku brikut. :)

    ReplyDelete
  2. diusahakn, tggu resensi bukumu yg crita azra di blogku :)

    ReplyDelete
  3. wew, bareng sama si yuki juga donk nih

    ReplyDelete
  4. @Wan: haha.. makasih, jangan lupa bagi link-nya ya kalo udah ada!

    ReplyDelete
  5. @Yudi: Iya, bareng Yuki dan 15 orang lainnya :D

    ReplyDelete
  6. sama2... ogut kagum sama u punya ide dan gagasan... resensi itu jga punya tjuan lain, msal smangat Azyumardi sebagai intelektual... Smga bsa menginspirasi anak muda Indonesia...

    ReplyDelete