Gemas Pada Generasi Malas

Tadi malam saat berjalan-jalan di toko buku Karisma Mal Puri Indah, saya menemukan sebuah buku impor berjudul "The Lazy Girl's Guide to Good Sex".



Buku self-help itu ditulis oleh Anita Naik (dicurigai kuat sebagai penggemar posisi woman-on-top) dan diterbitkan oleh Piatkus Books. Sekadar info, 'Good Sex' hanyalah salah satu dari rangkaian 'The Lazy Girl's Guide' yang ditulis Anita. Tersedia satu set panduan lainnya bagi para gadis malas di dunia, antara lain, 'The Lazy Girl's Guide to Fabulous Body', 'The Lazy Girl's Guide to Success', 'The Lazy Girl's Guide to High Life On Budget', 'The Lazy Girl's Guide to Men', 'The Lazy Girl's Guide to Beauty', dan sebagainya. Saya penasaran kenapa Anita Naik tidak meringkas semuanya ke dalam satu buku berjudul 'The Lazy Girl's Guide to E.V.E.R.Y.T.H.I.N.G'. Tapi tetep, buat saya 'Good Sex' itu juara. Soalnya saya telanjur terpesona pada salah satu babnya yang berjudul 'Orgasm with less effort'.

Orgasm with less effort. Mencapai orgasme tanpa perlu bersusah payah.

Bayangkan, Saudara-Saudara. Bayangkan sebuah dunia di mana cewek-ceweknya mau orgasme aja malas, apalagi masak atau nyuci piring.

Ini membuat saya teringat pada sebuah artikel yang pernah saya tulis tentang acara promo properti dengan Fenny Rose sebagai ikonnya. Di situ saya terheran-heran pada sebuah episode di mana si-mbak-yang-mulutnya-setajam-silet itu bilang begini,

"Salah satu keuntungan membeli hunian ini adalah letaknya yang dekat sekali dengan KemChick. Jadi, kalau mau belanja, nggak perlu repot beranjak dari tempat duduk Anda. Cukup angkat telepon, bilang apa aja yang habis di dapur Anda, dan semuanya akan langsung diantar ke kamar! Menakjubkan, bukan?"
*

Saya juga bukan orang yang rajin-rajin amat. Tetapi membayangkan hidup di sebuah peradaban di mana orang menjadikan kemalasan sebagai tren gaya hidup membuat saya agak merinding. Semakin malas Anda, semakin keren. Semakin Anda nggak perlu bersusah payah untuk melakukan sesuatu, semakin hebat.

Orang ingin melakukan semuanya sepraktis mungkin, untuk menghemat waktu sebanyak mungkin, tetapi apa yang mereka lakukan dengan waktu lebih itu? Alih-alih bersantai, berkarya, atau melakukan sesuatu yang spirituil, yang bisa memberi makanan buat jiwa, mereka menghabiskan waktu itu untuk mengkonsumsi, membeli, atau melakukan kepraktisan-kepraktisan lain. Sehingga pada akhirnya akumulasi waktu-lebih ini menjadi semakin banyak dan membuat mereka frustrasi sendiri. Generasi malas akhirnya menjadi generasi yang tidak pernah puas. Generasi yang kebingungan: pertama, bingung bagaimana cara melakukan sesuatu secepat mungkin, sepraktis mungkin, se-tanpa susah payah mungkin; kedua: kebingungan menghabiskan sisa waktu dan energi lebih yang didapatkan.

Jadi, bagaimana cara kita keluar dari lingkaran yang berbahaya ini? Coba, ya, tolong Saudara-saudara pikirkan. Boleh juga tanya ke Anita Naik. Saya lagi malas.

11 comments

  1. pertanyaannya, cewe2 yg malas merasakan orgasme itu udah pernah ngerasain orgasme "beneran" blon?? patut dipertanyakan tuh..hahaha
    bukunya bagus bwt "dikaji" tuh kynya ndin, km beli ga? hahaha..

    ReplyDelete
  2. Bener Din, aku juga trauma banget dengan yang namanya kemalasan. Kata orang orang sukses dan berpendidikan: orang orang miskin dan bodoh cenderung berbuat malas. Atau dengan kata lain, kemalasan menjadikan miskin dan bodoh.

    Aku sangat suka mendengarkan suaranya ketika mereka ngomong begitu, terlebih kalau ngomongnya sambil nunjuk ke tukang-tukang sampah, anak anak muda penjaga toko, preman pemabuk dsb.

    Pernah sekali aku mendengar seorang dokter berkata bahwa kenapa pasien golongan 'Jamkesmas' cenderung lebih susah sembuh daripada yang lain, karena mereka, kaum Jamkesmas, adalah orang-orang malas, orang orang berpengetahuan rendah yang tidak mengerti bagaimana menjaga kesehatan. Maka tidak heran, lanjutnya, kalau pasien golongan itu akan cepat kambuh sepulangnya dari Rumah Sakit.

    Benar sekali apa yang dikatakan dokter itu, dan aku sangat mendukungnya waktu ia ngomong seraya nunjuk seorang pasien di depannya, pasien yang dirawat oleh asuransi kesehatan, seorang teman akrabku.

    Setelah Dokter itu pergi, aku langsung bilang ke temanku itu: Dengar baik-baik apa yang diucapkan orang pintar itu tadi. Laksanakan, jangan malas. Karena kamu malas makanya kamu masuk ke ruang perawatan khusus orang miskin yang mirip kandang ayam. Perbanyaklah baca buku biar cerdas, pintar dan modern.

    ReplyDelete
  3. Masa sih generasi malas? Bisa disebut begitu kalau etos kerja sudah menipis, misalnya pengin jadi sarjana tanpa repot baca dan tulis, pengin jadi penyanyi top tanpa mau berlatih, pengin jadi legislator tanpa mau belajar banyak hal :D

    ReplyDelete
  4. Apa sih malas itu? Itu yang jdi ptanyaan, stlah membaca artikel ini. Terlebih, ada perempuan yang malas buat orgasme, jadi malah bikin kita bertanya-tanya: Apa yg mmbuat perempuan brpikir utk orgasme? Apa yang mdorongnya? Bagaimana proses dan hasilnya? Tulisan yang menarik. :)

    ReplyDelete
  5. Tambahan, saya curiga, kalau itu buku mencoba memanipulasi "malas" yang dialami manusia. Salut.

    ReplyDelete
  6. @ Detta: nah itu dia. kayaknya buku itu mengincar cewek-cewek malas yang belum pernah ngerasain orgasme tapi ngga mau susah payah untuk memperolehnya. ih.

    pinginnya sih, tapi akhirnya lebih memilih beli novel penulis jepang gitu. pesen lewat amazon apa? :D

    ReplyDelete
  7. @ Kabul: Sepertinya kita membicarakan dua jenis kemalasan yang berbeda :)

    ReplyDelete
  8. @ yoshi_fe: komentar yang menarik dari orang yang menarik hehe thanks

    ReplyDelete
  9. @ Antyo: atau jadi Presiden tapi malah belajar menyanyi :D

    Sebenarnya saya ingin menyoroti bahwa malas itu tidak HANYA identik dengan kemalasan bekerja, tetapi juga kegemaran pada apa-apa yang instan. Nggak mau sabar pada proses itu juga sebuah bentuk kemalasan, ya nggak? :)

    IMHO lhoooo, hehe

    ReplyDelete
  10. @ Anonymous: Yak! Itu poin saya! Buku ini memang memanfaatkan kecenderungan orang untuk mau yang praktis-praktis saja. Sadar ga, pola pikir kapitalis itu sudah merasuk ke dalam segala hal: dengan usaha yang sekecil-kecilnya raihlah hasil sebanyak-banyaknya. Ih.

    Dan mengenai kemalasan - apakah kemalasan itu? Saya kira kemalasan adalah kecenderungan untuk menghindari suatu aksi yang sebenarnya diperlukan untuk meraih suatu hasil tertentu.

    Tapi itu definisi (terlalu) luas. Pada intinya arti kemalasan bisa berbeda-beda, tergantung dia malas dalam hal apa. Malas menyebutkan nama asli, misalnya. Hehehehe.... :D

    ReplyDelete