Commuter Ngemper

Sejak KRL Commuter Line mulai memberlakukan tarif progresif (lima stasiun pertama bayar Rp2000, lalu Rp500 tiap satu stasiun berikutnya), banyak cerita lucu terjadi. Abang-abang dan bapak-bapak yang jualan, ibu-ibu pasar, semua naik CL. Percaya nggak kalau saya bilang pernah ada yang nyari kutu di dalam kereta AC jurusan Tanah Abang-Serpong? :P

Saya sebenarnya enggak anti sama mereka, walau kadang mereka membawa bakul/plastik jualan yang gede ampun-ampunan dan ngabisin tempat. Saya juga ketawa dalam hati aja kalau mereka gagap menggunakan teknik tap kartu untuk melewati gate, dan kadang menyebabkan antrean jadi panjaaang banget. Sekalinya saya sebel adalah ketika antrean saya diselak oleh orang yang ternyata enggak bayar tiket, jadi dia nerobos setelah saya tapping. Masuk neraka aja orang-orang kayak gitu.

Anyway, saya senang-senang saja berbagi kereta dengan mereka karena memang kemudahan transportasi dirasakan oleh rakyat segala kalangan.

Tapi kalau kejadiannya seperti ini gimana: di tengah kereta pagi yang lagi penuh-penuhnya, ada ibu-ibu yang duduk santai-santai kayak di pantai. Padahal udah ada mbak-mbak kantoran yang dengan sopan meminta si ibu untuk berdiri dulu. Dia cuek aja.


Saya nggak dengar, tuh.

Ini asli bikin gemes. Kebiasaan duduk ngemper itu mungkin diwariskan dari masa-masa si ibu naik kereta ekonomi. Tapi masa iya dia enggak bisa menyesuaikan diri? Dan jangan salah, yang hobi duduk kayak gini bukan cuma satu, tapi buanyak. Saya enggak tahu mereka diingatkan petugas atau tidak, yang jelas ketika sesama commuter yang mengingatkan, mereka cenderung cuek. Yah... :(

4 comments

  1. Nanti juga pada beradaptasi.
    Semoga bukan yang tadinya ngga ngemper jadi ngemper :D

    ReplyDelete
  2. Nah, takutnya begitu bang :)) Jangan sampai mengemper jadi budaya baru di kalangan para commuters.

    ReplyDelete
  3. Wah baru tau ada orang2 yang nyelak setelah kita tapping kartu. Super sekali keparatnya.

    ReplyDelete