Ini Maria Catarina Sumarsih. Beliau adalah ibu BR Norma Irawan (Wawan), mahasiswa Fakultas Ekonomi Atmajaya yang menjadi korban Tragedi Semanggi I, 13 November 1998.
Wawan, yang kala itu bertugas sebagai Tim Relawan Kemanusiaan, meminta izin pada tentara untuk menyelamatkan mahasiswa yang terkapar di halaman kampus. Tentara mengizinkan. Wawan mengibarkan bendera putih, tapi pada saat ia meraih tubuh mahasiswa tersebut, sebutir peluru menembus dada kirinya. Wawan meninggal di Rumah Sakit Jakarta.
Sampai sekarang, tak ada yang dihukum atas kejadian ini.
Aku bertemu Bu Marsih pada peringatan 7 Tahun Aksi Kamisan, 16 Januari lalu. Sudah sering kudengar tentang barisan ibu-ibu yang melakukan aksi damai di depan Istana Negara tiap Kamis, tapi baru kali ini aku datang sendiri. Hatiku tersentuh oleh ketegaran mereka. Satu minggu setelah itu, aku berkunjung ke rumah Bu Marsih. Ingin mengenal perempuan ini lebih dalam. Kami berbincang hingga tiga jam. Sebagai hadiah, kuberikan novel pertamaku untuknya.
Di halaman depan novel itu kutulis, "Sekadar hadiah kecil untuk menemani perjuangan seorang ibu."
Kamis, 6 Februari lalu, kami bertemu lagi di depan Istana Negara. Bu Marsih menunjukkan novelku yang katanya ia bawa ke mana-mana. Novel itu dibacanya tiap kali ada waktu, seperti menunggu dimulainya diskusi di kantor Kontras, dan ketika kawan-kawan belum lengkap datang ke Aksi Kamisan.
"Ceritanya bagus, seperti menuntun kita untuk membaca terus dan terus, karena penasaran apa yang akan terjadi pada tokohnya. Ibu suka," katanya padaku, ketika kami sama-sama menggenggam payung hitam, menghadap ke arah Bapak Presiden yang Terhormat.
'Ibu suka'. Kalimat itu jauh lebih berharga dari pujian manapun yang pernah kudapat untuk novelku. Memikirkan bahwa aku telah membuat perempuan ini bahagia selama beberapa menit dalam perjuangannya, membuat hatiku terasa hangat. Semoga keadilan suatu saat berpihak padanya.
No comments