Balada Adina dan Sang Penyebar


Photo by Tatyana Dobreva on Unsplash

Ada yang menyebarkan nomor ponsel saya lewat ruang mengobrol maya, mIRC. Entah apa motifnya. Barangkali hanya iseng (mungkin membunuh waktu dengan mengisi TTS sudah tak lagi menarik), lucu-lucuan (barangkali Opera van Java sudah tak bisa bikin ketawa), atau dendam. Nah, yang terakhir ini mungkin lebih mending ketimbang dikirimi santet dan bangun dengan perut penuh silet, walau saya tak bisa membayangkan ada yang sebegitu bencinya pada diri ini... *memandang sendu* Ini adalah cerita Sabtu (20/11) lalu. Siang hari, saya sedang mengobrol santai dengan Sheila, 14, adik perempuan saya, ketika sebuah nomor asing masuk. Pekerjaan telah mengajarkan saya untuk tidak alergi pada nomor asing, maka saya angkat telepon itu. Suara seorang lelaki terdengar dari seberang sana. Ia mengaku bernama Arif dan menelepon karena ingin mengkonfirmasi apakah kami saling kenal, sebab nomor saya entah bagaimana bisa ada di buku telepon ponselnya. Ia mulai menginterogasi saya, SMA di mana, kuliah di mana, sehingga saya berpikir itu trik lama untuk berkenalan. Dengan ogah-ogahan saya bilang ia salah orang, lalu berterimakasih dan segera menutup telepon. Tak berapa lama, Arif mengirim sms: "Kamu kok arogan bgt sih din, aku kan cuma mau konfirmasi soalnya banyak nomor asing masuk ke hpku. Jadi cewek jangan sok jual mahal dulu dong." Saya menunjukkan pesan singkat itu pada Sheila, dan ia terbahak-bahak. Menurutnya hal itu sangat lucu. Saya yang sedang duduk di meja tulis segera berpose seperti Ahmad Dhani, pentolan band Dewa, dan berkata, "Nah kalo gayanya begini baru arogan namanya." Kami tertawa-tawa, lalu lanjut mengobrol. Tetapi tak sampai dua menit kemudian, masuk lagi nomor telepon asing. Lagi-lagi saya mengangkatnya. Kali ini si penelepon mengaku bernama Arif Akbar. Saya penasaran mengapa banyak sekali orang bernama Arif yang menelepon saya hari itu. Dengan penuh kesabaran saya bilang tak kenal padanya. "Nggak kenal gimana? Ini Arif Akbar, Arif Akbar!" Ia berkata dengan sangat meyakinkan, seolah-olah Arif Akbar dan saya berteman sejak SD, biasa main bola bersama, dan menginap di surau berdua. "Saya nggak kenal anda," kata saya sabar. "Ini Arif Akbar yang tadi chatting!" Ia berkabar dengan nada gembira. "Chatting di mana?" "mIRC!" Karena saya terus kukuh berkata tak kenal padanya dan tak pernah chatting di mIRC, akhirnya dia menyerah. Hanya dengan suara iba dia berkata, "Terserah ya, tapi saya cuma mau kasih tahu, berarti ada yang online pakai nama kamu." Saya mengucap terima kasih, lalu mematikan telepon. Sheila penasaran. Saya ceritakan padanya. Dengan wajah bingung ia bertanya mIRC itu apa. Astaga, saya lupa kami beda usia sampai 10 tahun dan dalam satu dekade teknologi seperti mIRC cepat ditinggalkan penggunanya. Saya beri penjelasan secara singkat. Ia segera cemas dan bertanya dengan ekspresi khawatir, "Bakal berapa banyak yang telepon Kakak?" Seolah menjawab pertanyaannya, ponsel saya langsung menjerit-jerit. Saya diamkan semua telepon dan sms yang masuk, hanya setiap ada nomor baru saya simpan dan beri nama 'Spam'. Hingga malam tiba, saya menerima kurang lebih 19 spam. Saya jadi penasaran. Dengan cara seperti apakah Sang Penyebar (kita panggil si oknum dengan nama ini, sebagai penghormatan pada film Sang Pencerah yang bahkan tidak masuk nominasi FFI.. *lirik sebal Deddy Mizwar*) itu mengiklankan nomor saya? Berikut adalah beberapa alternatif yang sempat terpikir: a. Saya adalah seorang gadis maniak yang menyediakan jasa ML gratis b. Saya adalah ce, jomblo, 17 c. Saya adalah ce, kesepian, butuh teman ngobrol d. Semua benar Makin malam, sms yang masuk makin aneh. Ada yang mengaku bernama Eko, di Bogor. Ada lagi yang bilang ia tinggal di Pasar Rebo, dan mengajak ketemuan karena Sang Penyebar bilang saya tinggal di Cililitan. Satu hal yang saya perhatikan, setiap sms yang masuk selalu menyapa "Hai, Adina!" Wah, rupanya Sang Penyebar kurang teliti. Bisa jadi ia tak begitu mengenal saya, atau tak peduli pada bahasa. Ketika saya menulis postingan ini, ada sebuah sms yang masuk, "Adina, gw k kos lu ya ml." Astafirloh. Yah, apa boleh buat. Nomor ponsel saya memang sangat mudah dicari karena saya bekerja di ruang publik. Untuk para pria yang mengobrol dengan Adina di mIRC, ketahuilah kalian telah tertipu, guys. Pertama, nama saya Andina, bukan Adina. Kedua, saya tidak pernah mengobrol di ruang mIRC mana pun sejak saya berumur 14 tahun (waktu itu saya duduk di kelas 3 SMP dan nongkrong di warung internet -warnet- sedang jadi gaya hidup paling mutakhir di kalangan abege), jadi kalian terlambat satu dekade. Ketiga, saya tidak pernah melakukan kopi darat dengan siapa pun kapan pun di mana pun. Keempat, saya tidak menyediakan jasa ML, baik gratis maupun berbayar, dan saya juga tidak kesepian dan butuh teman ngobrol, walaupun yah, memang saya jomblo.. *menerawang sambil gigit sapu tangan* Untuk Arif, Arif Akbar, Eko di Bogor, pria dari Pasar Rebo, dan 15 yang lain, dengan tulus saya berduka untuk kemalangan kalian. Lain kali ada yang menyebar nomor ponsel perempuan lagi, dengan iming-iming apa pun, jangan percaya. Getok saja kepalanya. Dan untuk Sang Penyebar, saya minta maaf kalau memang entah bagaimana saya pernah menyinggungmu. Dan saya doakan kelak engkau punya kesibukan lain yang lebih bermanfaat bagi umat. Amin.

9 comments

  1. Wah!! kacau tuh Sang Penyebar!! untung yang dikerjainnya adalah Sang Penyabar!! tetep semangat ya.. anggep aja buat seru2an..

    ReplyDelete
  2. Banyak psikopat di luar sana yg beraninya lempar batu sembunyi tangan. Orang2 pengecut dan total losers. Teman jg pernah ngalamin begitu, di forum gila yg memperdebatkan agama2, nama temanku dibawa2 dan 'dipaksakan' sebagai seseorang yg berdebat dengan mereka. Lalu berusaha memprovokasi dengan mengatakan namanya ini, kerjanya disini, ayo kita serbu. Padahal temanku itu tidak pernah masuk ke forum itu, berdebat soal agama kayaknya bukan topik dia banget. 'Strange' banget tau2 nama dia bisa muncul di forum yg gak pernah dia ikutin bahkan tau forum itu ada juga gak. Hehehehee... gila memang.

    Di satu sisi ada bagusnya UU ITE itu, jika sampai kasus spt ini muncul ke ranah hukum, para pengecut itu bisa dilacak IPnya.

    Anon1

    ReplyDelete
  3. @Anon1: Wah, kasian juga teman kamu itu, terus dia sempet ngalamin gangguan2 aneh juga dong? Gimana penyelesaiannya?

    Seharusnya kalau memang ada ketidaksukaan atau hal prinsipil yang mengganggu, kita bisa bicara langsung dengan orang yang bersangkutan, bukannya 'main belakang' kayak begitu. Aneh memang.

    ReplyDelete
  4. Nggak sih, tp dianya sempat panik begitu membaca thread postingan mereka di archivenya yahoo.
    Yang lucu tempat kerja yg dimaksud utk diserbu itu dia sudah lama tidak kerja disana. Tempat kerja ini mereka dapatkan krn temanku menggunakan email kantor utk mengikuti forum profesional kerjaan dia. Thread forum spt ini bisa jg muncul di hasil googling.

    Moral of the story:
    Sebisa mungkin jangan mudah mengumbar data pribadimu spt nama, alamat, tgl lahir, kantor di internet. Ingat banyak psikopat di luar sana.

    Anon1

    ReplyDelete
  5. itu bukan gua loh din, meski gw pingin bgt ngbrol byak sama lo... :'(
    kalo tertarik, tlong kirim alamat YM lo ke sini: padisme@yahoo.co.id
    kta bsa byak tuker pikiran...
    gw hrap sih komen ini jgan ditampilin, takut email gw nyebar... #takutbernasibsamakayaklomaklumgwtampan :D

    ReplyDelete
  6. @Anon1: Setuju dengan pesan moralnya. What's on the internet stays on the internet.

    ReplyDelete
  7. @Anonymous: Eh, kok saya publish juga ya? Maaf, baru nyadar kamu nggak pengen dipublish pas baca komentarnya lebih lanjut! Hehehehe.. Buat yang baca, tolong jangan dikerjain ya. Hehehehe.. Well, kita bisa diskusi di sini, kok. Saya selalu terbuka.

    ReplyDelete
  8. wah ditulis...
    gak apa2lah, siapa tahu, ada yg mau bagi2 pengetahuan lbh byak sma kta smua nanti...

    ReplyDelete