tag:blogger.com,1999:blog-1111640315690877054.post1308590736422244770..comments2023-12-04T12:38:59.152+07:00Comments on Catatan yang Tercecer: Dangdut, Bahasa Kaum Marjinal?Andina Dwifatmahttp://www.blogger.com/profile/12410858846799548345noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-1111640315690877054.post-3217594607721421072010-11-04T16:08:14.475+07:002010-11-04T16:08:14.475+07:00nah, sepertinya menarik bikin analisis resepsi mas...nah, sepertinya menarik bikin analisis resepsi masyarakat desa terhadap musik dangdut :)Andina Dwifatmahttps://www.blogger.com/profile/12410858846799548345noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1111640315690877054.post-9651850792046417272010-11-02T19:18:48.286+07:002010-11-02T19:18:48.286+07:00"Adapun tentang budaya pop dan belum-pop (kok..."Adapun tentang budaya pop dan belum-pop (kok terdengar seperti dikotomi asli dan cuma-miripnya Oom Roy, ya? hehe..) saya ragu yang pop tidak masuk ke desa. Pop, dari kata popular, adalah terminologi yang merujuk pada area penyebaran yang luas dan segmentasi yang cair, alias bisa dinikmati siapa saja. Dengan demikian, dangdut (sebagaimana produk-produk budaya lain) pop belaka sejauh ia banyak dikonsumsi orang."<br />nah ini yang aku maksud Din. Betapa pandangan awal kamu pasti, apakah musik dangdut dengan lirik yang seperti ini merupakan bahasa kaum marjinal? itu pandangan "pop yang ada di kota", jadi itu pertanyaan orang kota Ndin. Aku lbh tertarik dengan soal, sejauh mana dangdut mempengaruhi etika individu masyarakat... jika ditarik lbh jauh bisa menganalisis pola interaksi hub masy desa... jadi bagaimana dangdut lahir itu sendiri kan sbnrnya mrupakan "susupan" dari budaya pop, toh dangdut dulu, zaman Rhoma, pun banyak berbau rock... tahu sendiri bagaimana teriakan Rhoma yang khas rock di beberapa lagunya... <br />krena ku yakin, budaya yang ajek di suatu masy menentukan etika individu dan kemudian interaksi sosial... kalo dangdut yg skrg kan picisan bgt tuh, sekadar hiburan, tapi siapa yg tahu, kalo musik dangdut tlah atw sdang menginspirasi masy di daerah tertentu...???Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1111640315690877054.post-7194059226152580902010-11-02T15:32:03.698+07:002010-11-02T15:32:03.698+07:00@ Anonymous: terimakasih untuk komentarnya yang me...@ Anonymous: terimakasih untuk komentarnya yang menarik sekali :)<br /><br />Mm.. sebenarnyalah tulisan ini tidak bertendensi untuk menyimpulkan bahwa dangdut adalah bahasa kaum marjinal. Itulah mengapa saya menempatkan tanda tanya (?) di akhir judul. Dalam dunia pascamodern seperti sekarang, sesungguhnya sudah tidak relevan lagi bicara apakah budaya tertentu milik kelas tertentu dalam masyarakat, sebab segala sesuatunya tergantung pada bagaimana cara mengemasnya. Orang akan menelan apa pun yang dirasa mendukung citra mereka, bukan? saya kira memang pada akhirnya kita harus meniadakan konsep esensi, termasuk dangdut-sebagai-musik-marjinal-pada-dirinya-sendiri.<br /><br />Adapun tentang budaya pop dan belum-pop (kok terdengar seperti dikotomi asli dan cuma-miripnya Oom Roy, ya? hehe..) saya ragu yang pop tidak masuk ke desa. Pop, dari kata popular, adalah terminologi yang merujuk pada area penyebaran yang luas dan segmentasi yang cair, alias bisa dinikmati siapa saja. Dengan demikian, dangdut (sebagaimana produk-produk budaya lain) pop belaka sejauh ia banyak dikonsumsi orang.Andina Dwifatmahttps://www.blogger.com/profile/12410858846799548345noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1111640315690877054.post-66791745346392891582010-11-01T14:27:59.736+07:002010-11-01T14:27:59.736+07:00tambahan: bisa dilihat dari pernyataan, begadangny...tambahan: bisa dilihat dari pernyataan, begadangnya Rhoma, belum tentu jadi sikap hidup manusia yang disebut Andien sebagai marjinal...<br />bisa juga lagu ini akrab di telinga masy desa karena budaya pop yang belum merasuk ke sana... sementara orang kota telah terinfeksi budaya pop yang keakuan...<br />bisa jadi dangdut ini jembatan antara budaya belum pop dan budaya pop...Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1111640315690877054.post-80527460124343428902010-11-01T14:20:34.909+07:002010-11-01T14:20:34.909+07:00keren nih...
jadi kesimpulannya, struktur masy, bu...keren nih...<br />jadi kesimpulannya, struktur masy, buat dangdut jadi musik marjinal, bkan?<br />wah, tapi ada sisi lain yang bsa kita gali di musik dangdut, sis inferiotitas lagu dangdut ternyata tidak berbanding lurus dengan kehidupan mereka. misal di desa2, orang2 yang berpunya juga gemar dangdut... mereka bukan marjinal, karena masuk ke strukutr masy kelas atas...<br />jadi menurutku, dangdut ini jadi seakan musik marjinal karena ada semacam perbedaan selera yang tercipa dari kehidupan mereka sendiri...<br />orang kota gemar musik pop-rock, kerena kehidupan yang menuntut seperti itu...<br />orang desa gemar musik dangdut, karena kehidupan yang membuat mereka seperti itu pula...<br />jadi masalah segmentasi...<br />buktinya, saat ini dangdut mulai digemari masy kota dengan kemasan yang lebih pop, bahkan sudah ada pop-melayu yang konon dipopulerkan oleh gruop band Malaysia dulu, kemudian Peter Pan dengan cengkokkan khasnya, dan kini ST 12....<br />masalah segmentasi lagi...<br />misal tempe, kenapa tempe disebut makanan kampung? karena di kampung jarang burger, sementara di kota burger jadi biasa...<br />asimilasi budaya yg seperti itu yang menjadi pendapatku untk menyanggah tulisan ini bahwa dangdut bukan bahasa marjinal... namun merupakan segmentasi kehidupan sosial masy...Anonymousnoreply@blogger.com