Bangun Pagi


Photo by Eduard Militaru on Unsplash


Saya manusia kalong. Berfungsi dengan baik setelah matahari terbenam sampai matahari terbit. Segala ide dan gagasan mengalir lancar selepas malam, apalagi dipacu kopi hangat dan sedikit cemilan, makanya buncit. Cara kerja otak saya seperti bermusuhan dengan matahari; selama doi masih bersinar, otak saya akan memilih menjadi bego.

Semua itu  terpaksa berubah setelah saya memilih pekerjaan baru sebagai dosen. Yang namanya sekolahan tentu saja dimulai dari pagi. Seminggu pertama saya jalani dengan panik, mengira-ngira apakah saya bisa bangun pagi--sesuatu yang alhamdulillah ternyata mampu saya lakukan. Bagi saya ini prestasi besar. Mungkin bagi sebagian orang ini hal sepele. Tapi, buat orang yang hampir lima tahun hidup kayak kelelewar, bisa bangun pagi itu pantas dimasukkan ke tujuh keajaiban dunia versi On The Spot.

Tapi masalah tidak berhenti di situ: ternyata bangun pagi dan menjadi produktif adalah dua hal yang berbeda. Masuk minggu kedua jadi dosen, saya datang ke kampus, duduk di meja, nyalain laptop, terus bengong. Dengan putus asa saya memanggil-manggil si Otak, yang berkata dengan jumawa, "I see you come early to work. Good luck." .. sambil tarik selimut terus tidur lagi. Bahkan kopi yang biasanya jadi kick-starter pun, kini tak banyak berguna.

Aargh! Kenapa sih, sulit sekali jadi manusia pagi?

Sebagai anak generasi Y yang baik dan benar, tentu saja saya konsultasi ke WikiHow, site how-to yang suka random tapi jarang mengecewakan. Ternyata, memang tidak semua orang punya "gen-bangun-pagi", tapi mengubah circadian system bukanlah sesuatu hal yang tidak mungkin. Peraturan pertama untuk bisa bangun pagi adalah tidur lebih awal (syitmen!) sehingga badan kita enggak kecapaian. Kalau kita bisa mengikuti siklus bangun dan pergi tidur pada jam yang sama selama dua minggu berturut-turut (termasuk akhir pekan, OMG!), nantinya tubuh akan terbiasa.

Nah, begitu tubuh sudah terbiasa, otak akan menyesuaikan diri. Otak sebagai godfather tubuh harus diyakinkan dulu bahwa sekarang kita sudah berubah dari night owl jadi early bird, baru deh dia mau berfungsi dengan baik. Kalau kita bangun paginya sekali-kali, otak akan merasa kita enggak serius. Jadi jawaban dari masalah saya sudah jelas: jangan jadi PHP. Sekumpulan tips lain yang berguna bisa dibaca lewat tautan di atas,

Saya butuh sekali bangun pagi agar segera bisa produktif lagi. Sebulanan ini praktis saya enggak ngapa-ngapain, kecuali colongan merevisi naskah tesis yang rencananya mau diterbitkan jadi buku. Pekerjaan di kampus yang menumpuk, ditambah ngurusin PanaJournal, proyek sastra, belajar bikin penelitian, persiapan berangkat konferensi, Skype-an sama suami... Semua itu enggak akan bisa dilakukan kalau saya enggak belajar manajemen waktu yang baik. I'd better start my day early.

4 comments

  1. Dulu saya juga pernah menjadi "manusia kelelawar". Tapi setelah hidup di lingkungan baru, sedikit demi sedikit bisa beradaptasi.

    ReplyDelete
  2. Saya yakin yang paling susah itu adalah untuk bisa tidur lebih cepat. Apalagi penarik perhatian banyak seperti komputer, skype, tulisan, buku, kopi, dll. Tapi poin utamanya adalah harus bisa tidur lebih cepat. Karena kalau bangun cepat dan kurng tidur sama saja susah mikir.

    Coba cari cara untuk bisa tidur cepat. Banyak cara yg bisa dicoba seperti menghitung kambing di lapangan, baca buku, main game. Tapi beda-beda orang belum tentu caranya bisa sama. Saya kalau baca buku yang disuka bukannya ngantuk malah nafsu lanjut baca terus.

    Yang aneh saya main game mancing Ace Fishing malah ngantuk. Jadi sambil nunggu kailnya dapat ikan ehh... malah rasa ngantuk itu datang. Jadi deh kalah mulu, pancing sama umpan habis ikan gak dapat.

    Selamat mencari cara tidur lebih cepat.

    Anon1

    ReplyDelete
  3. @Lutfi: Mudah-mudahan saya juga begitu.

    ReplyDelete
  4. @Anon1: Betul sekali. Apalagi kalau baca buku page-turner, tahu-tahu sudah subuh. Mungkin saya harus baca buku filsafat menjelang tidur, jadi cepat ngantuk.

    ReplyDelete