#Book 2: High Fidelity

Buku ini hasil mungut di halaman rumah orang. Kata Aulia, istilah Jawanya adalah "nggresek". High Fidelity bukan cerita asing karena pernah saya tonton filmnya zaman kuliah duluuuuuu  beberapa tahun lalu, hasil rekomendasi partner kerja di salah satu majalah musik. Rob Gordon (diperankan John Cusack) adalah mantan DJ yang pernah berjaya di eranya, setelah pensiun lalu membuka toko musik Championship Vinyl dan mempekerjakan dua manusia menyedihkan, Dick dan Barry (diperankan secara gilang gemilang oleh Jack Black). Mereka bertiga adalah snobis musik tingkat dewa. Buat mereka, masyarakat ada kastanya dan kasta itu dilihat dari selera musik. Artinya, percuma saja kamu sukses dan kaya kalau musik yang kamu dengar adalah I Just Called to Say I Love You dari Stevie Wonder, cih, bagi mereka kamu adalah sampah masyarakat paling hina! Cerita ini dibuka dengan Rob membuat daftar cewek-cewek yang pernah mematahkan hatinya, termasuk yang paling akhir adalah Laura, yang ia kenal waktu masih jadi DJ. Dari situ Rob menyadari satu hal: dia selalu dicampakkan dan ditinggalkan oleh setiap perempuan yang pernah jadi pacarnya. Mengapa begitu? Dia pun melakukan "napak tilas" alias menemui kembali para mantan. Rob ingin tahu apa yang salah dengan dirinya dan, siapa tahu, bisa memperbaiki situasi untuk memenangkan kembali hati Laura. Kutipan paling menarik dari buku ini adalah tentang bahaya lagu pop.

"People worry about kids playing with guns, and teenagers watching violent videos; we are scared that some sort of culture of violence will take them over. Nobody worries about kids listening to thousands - literally thousands - of songs about broken hearts and rejection and pain and misery and loss."

Mungkin sudah saatnya para pakar ilmu komunikasi berhenti membuat penelitian tentang "pengaruh intensitas bermain video game terhadap tingkat agresivitas anak" dan mulai menyusun investigasi tentang apakah terlalu banyak mendengarkan lagu mellow memang bisa membuat anak tumbuh menjadi orang dewasa yang selalu galau. Kita mendengarkan musik karena kita sedang sedih, atau kita jadi sedih karena kita mendengarkan musik? Sebagai buku yang bertemakan hubungan romantis dari sudut pandang seorang lelaki, High Fidelity cukup menarik dibaca untuk para cowok yang ngeri sama tanggung jawab, dan juga para cewek yang ingin tahu kenapa pacarnya susah berkomitmen. Cukup menarik.




PS: sebenarnya sebelum High Fidelity, saya membaca Sophie's World tapi tak berhasil menyelesaikannya. Bosan. Sepertinya lebih enak dibaca sebagai buku pelajaran.

No comments