(Serasa) Konglomerat Buku

Menghabiskan bulan puasa di Melbourne saat winter begini memberi saya banyak waktu untuk baca buku dan nulis meski lebih sering macetnya . Dan karena di Indonesia buku harganya muahal banget (apalagi buku impor), bersorak-sorailah saya ketika tahu di sini ada toko yang menjual novel bekas (kondisi super-mulus) dengan harga paling mahal Rp40 ribu. Bayangkan! Rasanya pingin ketawa ngakak ketika nemu novel incaran yang dibanderol cuma Rp20 ribu, sementara di Kinokuniya Plaza Senayan atau Aksara Citos harganya bisa Rp285 ribu!

Toko itu bernama Savers, superstore barang bekas yang terletak tiga blok dari apartemen sewaan kami di Park Street. Minimal seminggu sekali saya mengunjungi Savers dan tidak pernah gagal membawa 'hasil buruan'. FYI barang-barang yang dijual di Savers ini random banget, dari baju, sweater, topi, jaket, sepatu, panci, gelas, sendok-garpu, tas, sampai peralatan ski. Buku menempati tiga rak besar di pojok kiri dari arah pintu masuk, persis di samping rak CD dan vinyl, dipisah menurut jenisnya menjadi literature, fiction, biography, young adult, children, science, thriller, dan collectible.

Tapi pemisahan ini tidak selalu bisa dipertanggungjawabkan. Contohnya, seri Twilight diletakkan dal-am rak thriller. Dih. Belum lagi kebiasaan para pengunjung asal taruh buku yang tak jadi dibeli. The Nimrod Flip-Out karya Etgar Keret, misalnya, saya temukan di rak buku young adult, bersama buku-buku dengan kaver warna cerah berjudul "Finding Mr. Right", "She Got It All", "When Size Does Matter"', .. dan sejenisnya. Sebagaimana pencari harta karun yang tekun menggali, saya pun menyusuri rak demi rak dengan sabar.


Come to mama..

Selain lebih murah, buku bekas itu juga lebih romantis. Kadang kita bisa menemukan pesan kecil yang ditulis tangan oleh si empunya buku. Seperti di Modern Poets Two ada tulisan "Dear Brenda, here's a little poetry to read at your leisure. Love, Julie. 17/1/'76." Manis ya..

Tempat lain yang asyik buat hunting buku di Melbourne: Alice's Book Shop di 629 Rathdowne Street. Interiornya antik, tempatnya kecil dan hangat, macam di perpustakaan pribadi. Tapi harganya kurang lebih sama dengan buku impor di Indonesia, Rp200 ribuan ke atas. Serunya, di Alice's kadang suka ada diskusi buku atau poetry slam saat akhir pekan.

Pengalaman berburu buku tak berhenti sampai di situ. Suatu sore, saat sedang bersepeda pulang, di muka rumah tetangga ada kardus besar bertuliskan FOR FREE. Isinya: sepasang sepatu, topi mancing, dan.. setumpuk besar buku.

"Subhanallah," kata saya dengan takzim, sambil memulung  memilih-milih buku untuk dibawa pulang.

"Ini belum seberapa," kata suami. "Kemarin teman aku dapat printer, scanner, dan tivi dari mungut di pinggir jalan kayak gini."

Busyet!

4 comments

  1. Hi Kak,

    Baca ini jadi ketawa ngakak!
    Aku sudah hampir 1 dekade tinggal di Melbourne,
    60% dari isi rumah,
    Alias 3 dr 4 kamar tidur,
    Isinya semua hasil pungut, hahahaha

    Seperti ranjang, bedside table, kursi, meja dll
    Samaaan ya kita ^^

    ReplyDelete