Sartre di "busway"


Yang pernah naik bus TransJakarta, pasti pernah mengalami that awkward moment, yakni berpandangan nggak sengaja dengan penumpang lain yang duduk berhadapan.
Well, kalo dipikir-pikir memang itulah seni dari berkendaraan umum: bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Naik mobil pribadi maksimal berinteraksi dengan supir. Itu pun kalo kitanya duduk di belakang, tidak mungkin terjadi kontak mata. Ayah saya pernah bilang, naik TransJakarta itu ibarat naik mobil pribadi.... tapi rame-rame.

(Peringatan: pernyataan Ayah tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena tiap kali ke Jakarta untuk mengunjungi anak-anaknya, beliau selalu memilih naik taksi. Alasannya, 'males ah, naik bus panas..' Yeileh deh..)

Kembali ke soal pandangan mata. Filsuf asal Prancis, Jean-Paul Sartre, pernah berkata bahwa pandangan mata seseorang bisa 'membunuh' orang lain. 'Membunuh' di sini artinya mengobjekkan, meniadakan subjek dan mengecilkan peran. Konon teori ini didapat Sartre dari melihat seseorang yang sedang mengintip lubang kunci kamar orang lain di sebuah apartemen. Tetapi, gosipnya, sebenarnya teori ini lahir karena Sartre sendiri paling bete kalo dilihatin orang. Maklumlah, penampilan fisik dia tak terlalu menggembirakan, dan kedua bola matanya bermusuhan (baca: agak jereng).

Apa pun asal muasalnya, saya kira teori ini paling relevan diaplikasikan di bus TransJakarta (yang sampai sekarang masih saja banyak dikelirukan sebagai 'busway', oh, ayolah, itu nama jalur, bukan busnya..). Ketika kita sudah duduk, setel iPod atau pemutar mp3, dan duduk diam tanpa kerjaan, pasti mata kita terpaku pada orang di depan.

Terus terpergok melihat. Kita buang muka. Eh, nggak berapa lama, ganti dia yang lihatin kita. Ganti dia buang muka. Saya sudah lama tidak tahan baca buku di dalam bus TransJakarta karena goncangannya yang mirip andong, jadi setelah pasang iPod ya paling-paling merem atau sok memandang ke kaca bagian atas, sambil merenung.

Seringkali orang-orang pura-pura tidur. Tapi, ketika akhirnya tidur dengan suksesnya sampai mulut menganga, ujung-ujungnya dilihatin juga. Rame-rame lagi. Objected?

3 comments

  1. Saya gak stuja sma sartre. Kalo pandangan mata mgobjekan, lalu apa yg diobjekkan? apakah benar2 diobjekkan, atw jstru bsa jadi subjek? Ptanyaan kdua ini djwb, kta bsa diobjekkan org yg kta objekkan. Konflik memang prinsip interrelasi Sartre, tpi d pmikiran akhrnya, dia mlakukan pmulihan dgn mgatakan bhwa sbnrnya ada smacm btk ptobatan intelektual yg memungkinkan manusia sling hubung, pndangan ini dpgaruhi bsar oleh Levinas dkk. Kalo sya sndiri senang dlhat cewe, apalg dilihatin Andina, prasaan jadi cenat-cenut gak karuan * ngumpet2 cubit dagu Andina

    ReplyDelete
  2. lengkapnya bisa bca d Jurnal Driyarkara edisi 100 thn Sartre. di stu dbhas ptobtan intelektual yg sngat humanis.

    ReplyDelete
  3. Ini ada tulisan dari Ahmad Makki tentang Sartre, bagus >> http://kacajendela.wordpress.com/2008/11/12/risalah-%E2%80%9Cada%E2%80%9D-kebebasan-manusia-dan-ateisme-jean-paul-sartre/

    ReplyDelete