Surat Kepada Calon Pacar

PERINGATAN PENULIS: Postingan berikut ini mungkin dapat menimbulkan rasa galau berlarut-larut. Tidak dianjurkan membaca bagi para tokubil. Terlebih mereka yang berusia dua-puluhan dan berstatus single. Ehm.

Calon Pacar yang baik,

Kamu mungkin ada di dekatku. Mungkin juga jauh sekali, sejauh jarak Siberia-Mali. Tapi aku hanya ingin tahu bahwa kamu ada, di suatu tempat entah di mana. Aku pernah membaca di kitab suci bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, jadi tidak mungkin ada orang yang seumur hidupnya menjomblo sampai kering, kecuali bahwa ia sendiri memutuskan untuk hidup selibat, atau tidak pernah berpartner secara tetap. Itu lain perkara.

Ketahuilah aku tidak seekstrim itu, Wahai Calon Pacar. Aku memang agak takut pada komitmen bernama pernikahan, maka dalam surat ini kusebut kau 'Calon Pacar' dan bukan 'Calon Suami' sebab jujur saja kata 'suami' membuatku mulas (malas?) setengah mati - tetapi pada dasarnya aku ini kekasih yang baik.

Aku penyayang, jujur, dan rela berkorban. Memang kadang-kadang aku agak nakal, tetapi kalau kamu cukup cerdas untuk terus mempertahankan ketertarikanku padamu, aku tidak akan ke mana-mana. Aku akan selalu tergila-gila padamu, dan menjaga hubungan kita dengan penuh kasih sayang.

Calon Pacar, kamu tidak harus terlalu tampan. Cukuplah kamu berwajah seperti Ethan Hawke, dengan mata teduh dan senyum yang manis. Atau Tom Hardy dengan ekspresi bandelnya yang seksi. Atau Johnny Depp saat memerankan Mort Rainey, dan bukan Willy Wonka.


This is Ethan-Oh-My-Gosh-So-Frikkin'-Attractive-Hawke

Aku sangat menyukai pria yang kalau tersenyum maka di sudut-sudut matanya akan terbentuk kerutan. Itu imut sekali, Calon Pacar, atau 'unyu' kalau kata anak-anak sekarang. Ngomong-ngomong, kata Goenawan Mohamad 'unyu' itu bahasa Sansekerta yang artinya anjing, tapi kamu tahu yang kumaksud bukan itu. Aku bukan Rengganis yang memacari anjing, bukan?

Dan tentang kerutan di sudut mata, itu tidak berarti kamu harus benar-benar berkerut di mana-mana. Aku mencari kekasih yang tidak terlalu tua untuk kuajak pergi ke disko, dan masih kuat pergi sampai pagi jika diperlukan. Kalau kamu terlalu tua, Wahai Calon Pacar, aku kuatir kita harus sudah berhenti berkencan pada pukul sembilan malam, sebab lewat jam itu kamu sudah masuk angin dan mengeluh pegal-pegal.

Jangan salah pengertian, Calon Pacar. Badan kamu tidak harus kuat dan atletis seperti Ade Rai. Yang penting kamu tidak terlalu kurus, juga tidak terlalu gendut, dan sehat wal afiat. Apakah kamu merokok atau tidak, buatku tidak masalah, sebab aku kadang-kadang merokok juga kalau sedang kepingin.

Kamu boleh minum bir, atau anggur, pada prinsipnya minuman keras dalam bentuk apa pun, asalkan kamu tidak jadi alkoholik, sebab alkoholik cenderung mati mengenaskan, bukan? Kamu sudah dengar tentang Edgar Allan Poe? Ia pengarang ternama pada zamannya, tapi ia mati terperosok di selokan karena mabuk berat. Aku juga tidak menolerir penggunaan narkoba. Maafkan kalau terdengar seperti Satpol PP, tapi ini untuk kebaikan kita bersama, Wahai Calon Pacar. Kita tidak ingin agenda pacaran kita dipenuhi kegiatan pergi ke Pegadaian, bukan?

Dan kamu juga harus cerdas, sebab aku tidak mengencani pria bodoh. Kedengarannya mungkin kejam atau sok pintar, tetapi percayalah ini sama sekali bukan seperti itu. 'Cerdas' di sini bukan berarti kamu harus memenangkan medali olimpiade Fisika, atau hafal rumus-rumus Kimia, tetapi keberanian untuk berpikir mandiri.

Aku sangat menghargai lelaki yang tidak sekadar ikut-ikutan dalam memandang dunia ini dan semua yang terjadi di sekitarnya. Lelaki yang berani punya pendapat sendiri, dan hidup berdasarkan pendapatnya itu. Lelaki yang tahu apa yang diinginkannya, dan bagaimana cara meraih semua itu.

Lelaki yang kuat, yang tidak mudah kehilangan dirinya sendiri, yang banyak membaca, yang suka mendengarkan musik-musik bagus, jenaka (jejaka?), dan tahu bagaimana cara bersenang-senang. Lelaki yang bisa kuajak pergi ke perpustakaan atau toko-toko buku loakan, tapi juga bisa kuajak pergi ke bar. Lelaki yang bisa kuajak ngobrol tentang Marx dan Engels dan Nietzsche dan Kafka dan Murakami dan Kawabata dan Hemingway dan B.B. King dan George Harrison dan Liga Inggris, namun bisa pula mengoceh bersama tentang hal-hal paling remeh sedunia.

Calon Pacar, kamu bisa berprofesi apa saja. Aku tidak keberatan dengan pekerjaan apa pun, selama kau menyukainya. Tapi kalau bisa, ini kalau bisa, janganlah kamu datang dari kalangan pengarang. Seorang teman pernah berkata padaku bahwa amatlah berbahaya mengencani pengarang, sebab ia sering bersikap seolah-olah hidupnya adalah sebuah cerita panjang. Akibatnya, ia sering bersikap aneh-aneh untuk menimbulkan kejutan dan suspens dan intrik agar hidupnya (ceritanya?) selalu menarik. Dengan segala hormat, Calon Pacar, aku lebih suka hubungan yang stabil.

Calon Pacar yang baik,

Akan kututup tulisan ini dengan doa untukmu. Aku berdoa agar Tuhan menjagamu sampai nanti Ia menitipkanmu di tanganku. Ketika masa itu tiba, aku akan mengurusmu baik-baik, menyayangimu sepenuh hati, dan memastikan hidupmu penuh warna. Aku tidak akan membuat kesalahan-kesalahan seperti yang pernah kulakukan dalam kehidupan cintaku sebelumnya. Aku akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia di dunia, dan aku yakin engkau pun akan melakukan hal yang sama. Berdua kita akan jadi tim yang baik. Sekarang jalanilah kehidupanmu dengan rasa bahagia. Ketika kita sudah bersama, akan kupastikan kebahagiaan itu berlipat dua.

Sampai jumpa.

21 comments

  1. wow... this is too good to be true.. saya juga mau yang seperti itttuuu.. haha

    ReplyDelete
  2. Jadi ingat kisah Kahlil Gibran dengan May Ziadah-mereka saling berkirim surat, tanpa pernah bertemu.
    Selain itu, ini punya nilai informasi yang tinggi, yakni tentang kriteria pria untuk seorang perempuan yang cantik dan cerdas seperti Andina. :)

    ReplyDelete
  3. @ Nee: ayo kita cari.... atau pesan aja deh sama yang Maha Kuasa... hahahhaa

    ReplyDelete
  4. @ Anonymous: hahaha.. maksudnya sih engga mau seplatonis Gibran-Ziadah :D tapi emang enak sih mengirim surat cinta ke orang yang tidak pernah kita temui. rasanya sama saja dengan jatuh cinta pada diri kita sendiri..

    ReplyDelete
  5. tidak pernah bertemu belum tentu belum mengenal...
    interaksi seperti ini sepertinya lebih baik daripada apa yang terjadi pada dunia maya sekarang ini...

    ReplyDelete
  6. "Lelaki yang bisa kuajak ngobrol tentang Marx dan Engels dan Nietzsche dan Kafka dan Murakami dan Kawabata dan Hemingway dan B.B. King dan George Harrison dan Liga Inggris, namun bisa pula mengoceh bersama tentang hal-hal paling remeh sedunia."

    ah..sayang aku sukanya liga italia.. :p

    ReplyDelete
  7. @Anonymous: sebaliknya juga demikian. kadang kita ternyata idak terlalu mengenal orang yang sering kita temui.

    interaksi seperti ini sepertinya lebih baik daripada apa yang terjadi pada dunia maya sekarang ini... --> lebih baik gimana ya? bisa dijelaskan?

    ReplyDelete
  8. @Detta: ah! jadi itulah penyebabnya! jawaban dari pertanyaan kenapa kita tidak mungkin jadi sepasang kekasih! tak lain dan tak bukan karena kamu suka Liga Itali, sementara aku suka Liga Inggris! itu prinsipil banget! lebih prinsipil dibandingin beda agama! wakakakaka....

    *buat Chia, ini cuma becandaaaa :D

    ReplyDelete
  9. Semoga alamat penerima suratnya lengkap & jelas ya biar ga nyasar & cepet nyampe :D

    ReplyDelete
  10. @Chia: nah itu dia masalahnya! ini surat destination nowhere. hahaha

    ReplyDelete
  11. interaksi seperti ini (Platonik-Romantik di balik surat cinta Gibran-Ziadah) sepertinya lebih baik daripada apa yang terjadi pada dunia maya sekarang ini...
    melalui surat cinta, kita akan menemukan hal yang lebih intim, dibanding dunia, seperti goresan tangan, penantian ketika berbalasan surat, sampai2 ada surat cinta yang untuk memaksimalkan ekspresi si penulis terselip bunga, tanda bibir dsb. Keintiman intinya.

    ReplyDelete
  12. You sounds looking for me, but unfortunately I'm a married man.
    Meanwhile, all the handsome men are gay. You feel deprived?
    (Robbie)

    ReplyDelete
  13. "Surat Kepada Calon Pacar" Anda, saya doakan semoga jadi kenyataan seperti yang terjadi pada tokoh perempuan dalam lakon "Surat Kepada Gubernur" Karya: Theodore Apstein, yang disadur oleh Moh. Diponegoro. (Hj)

    ReplyDelete
  14. @ Hijrah: wah, saya belum punya buku itu. boleh fotokopi? :D

    ReplyDelete
  15. wah.. tuh buku udah kemana tau... terakhir sih ada di sanggar (rumah gubuk saya waktu memadu kasih dengan kesenian) hehehe sory..

    ReplyDelete
  16. @Hijrah: nggak bisa! pokoknya carikan! hehehee.. nggak ding, becanda.. :D yah kalo pas main ke toko loak dan ada info2 buku bagus boleh tuh, thanks ya

    ReplyDelete
  17. Iseng-iseng blogwalking dan menemukan blog ini. Aku suka postingan ini. Ringan. Mengalir. Tapi juga kocak dan jujur :D

    ReplyDelete
  18. Terima kasih dan selamat datang di blog saya :)

    ReplyDelete
  19. Hmm jadi terpancing buat blusukan disini .. abiz, aroma-nya menyengat sangat! hehee :D

    ReplyDelete